Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar…..
Laa – ilaaha – illallaahu wallaahu akbar.
Allaahu akbar walillaahil – hamd.
Kalimat
takbir berkumandang diseluruh penjuru negeri, menandakan kegembiraan umat
muslim menyambut hari raya idul adha. Malam yang ramai dan mendamaikan hati
kala takbir dikumandangkan, semua orang berkumpul dan bertamu ke handai taulan.
Pagi hari
seluruh umat muslim berbondong-bondong dengan wajah cantik dan rupawan menuju
ke masjid untuk menjalankan sholat ied. Begitu indahnya pagi melihat semua mata
saling tersenyum, berbincang, bertegur sapa menyambut pagi yang begitu cerah. Semangat
berbagi pun ditunjukkan dengan adanya pembagian hewan kurban ke masyarakat yang
kurang mampu. Sungguh indahnya saat itu, rasa kebersamaan dan berbagi yang
begitu kental terlihat.
Pada
hari itu bagi umat muslim yang belum mampu menunaikan ibadah haji, Allah beri
kesempatan untuk mendekatkan diri kepada-Nya melalui kurban, yaitu
penyembelihan hewan kurban untuk dibagikan kepada orang yang tidak mampu.
Namun
perlu kita lihat kembali apa makna yang ada dalam hari raya idul adha.
Idul adha
atau biasa disebut hari raya kurban ini ada disebabkan kesabaran, keikhlasan
dan sifat tawakkal yang ditunjukkan oleh nabi Ibrahim dan putranya Ismail. Nabi
Ibrahim yang mendapat perintah Allah melalui mimpinya untuk menyembelih putra
kesayangannya sebagai bentuk ketaatannya pada Allah. Sontak nabi Ibrahim kaget
atas mimpi yang dialaminya. Nabi Ibrahim pun menceritakan mimpi tersebut kepada
putranya Ismail. Dengan penuh iman, ketaatan, dan keikhlasan yang ada pada
dirinya, Nabi Ismail pun menyetujui untuk melakukan apa yang Allah perintahkan
kepada mereka. Hal yang jarang kita temui saat ini, diusia Nabi Ismail yang
masih belia, namun iman dan tawakkal beliau kepada Allah begitu besar. Akhirnya
penyembelihan pun dilakukan oleh Nabi Ibrahim. Atas ijin dan kekuasaan Allah,
pedang yang digunakan Nabi Ibrahim tidak kuat untuk menyembelih putranya. Allah
pun mengganti nya dengan penyembelihan hewan kurban yang dagingnya dibagikan
kepada fakir miskin.
Sifat
kedua nabi inilah yang sepatutnya kita tiru. Menjaga setiap keimanan dan
ketakwaan kita kepada Allah SWT. Bersabar
dan ikhlas atas semua ketentuannya serta percaya dan patuh akan semua perintah
yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Aamiin….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar